KONTROL
KINETKA DAN KONTROL TERMODINAMIK
Pada suatu reaksi
kimia memiliki kemampuan untuk menghasilkan lebih dari satu produk rekasi. Jumlah
produk yang dihasilkan dari reaksi tersebut, masing-masing tergantung pada
kondisi saat reaksi berlangsung. Jika
suatu produk reaksi ingin menghasilkan hasil yang baik maka kita harus
memperhatikan kestabilannya (termodinamik) dan kecepatan yang dihasilkan juga relative
(kinetika).
Gambar diatas memperlihatkan profil
energi-bebas untuk suatu reaksi dimana B lebih stabil secara termodinamika
daripada C karena ∆G lebih rendah, tapi C terbentuk lebih cepat (∆G ‡ lebih
rendah). Jika reaksi tersebut bukan reaksi revesibel maka C akan terbentuk lebih
banyak karena reaksinya lebih cepat. Produk tersebut dikatakan terkontrol
secara kinetik (kinetically controlled). Akan tetapi, jika reaksinya reversibel
maka hal tersebut tidak menjadi penting. jika proses dihentikan sebelum
kesetimbangan tercapai maka reaksi akan dikontrol oleh kinetik karena akan
lebih banyak diperoleh produk yang cepat terbentuk. Akan tetapi jika reaksi dibiarkan
sampai mendekati kesetimbangan maka produk yang akan dominan adalah B. di bawah
kondisi tersebut, C yang mula-mula terbentuk akan kembali ke A, sementara B
yang lebih stabil tidak berkurang banyak. Maka dikatan bahwa produk terkontrol
secara termodinamik (thermodynamically controlled).
Reaksi
karbonil merupakan contoh reaksi untuk membahas kontrol reaksi. Hal ini
dikarenakan banyaknya produk yang bisa saja terbentuk jika tidak dikontrol
secara ketat. Ini berkaitan dengan adanya “diverse reactivity” senyawa
karbonil. Di satu sisi dia bisa berperilaku sebagai elektrofil, namun juga bisa
bersifat nukleofil pada kondisi tertentu. Satu
contoh misalnya pada reaksi Aldol, dengan 2 reaktan (A dan B) yang sama-sama
mempunyai hidrogen alfa, maka kemungkinan reaksi yang terjadi: A + A, A + B, B
+ A, dan B + B. Artinya, selain adanya kondensasi silang, juga terdapat
selfcondensation.
Senyawa
karbonil yang memiliki H alfa jika diperlakukan pada kondisi asam, akan membentuk enol, sedangkan pada kondisi basa
membentuk ion enolat.
Kondisi asam termasuk kontrol termodinamik karena mengacu pada kestabilan
intermediet (enol). Sedangkan kondisi basa, termasuk kontrol kinetik karena
mengacu pada terbentuknya ion enolat yang berjalan cepat.
Kontrol
termodinamika atau kinetika dalam reaksi kimia dapat menentukan komposisi
campuran produk reaksi ketika jalur bersaing mengarah pada produk yang berbeda
serta selektivitas dari pengaruh kondisi reaksi tersebut. Kondisi reaksi
seperti suhu, tekanan atau pelarut mempengaruhi jalur reaksi; maka dari itu
kontrol termodinamik maupun kinetik adalah satu kesatuan dalam suatu reaksi
kimia. Kedua kontrol reaksi ini disebut sebagai faktor termodinamika dan faktor
kinetika, dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
Faktor termodinamika (adanya stabilitas
realtif dari produk). Pada suhu tinggi, reaksi berada di bawah kendali
termodinamika (ekuilibrium,kondisi reversibel) dan produk utama berada dalam
sistem lebih stabil.
2.
Faktor kinetik (kecepatan pembentukan
produk) pada temperatur rendah, reaksi ini di bawah kontrol kinetik
(tingkat, kondisi irreversible) dan produk utama adalah produk yang dihasilkan
dari reaksi tercepat.
Permasalahan yang timbul :
Pada kondisi basa ion enolat yang
terbentuk berjalan cepat (kontrol kinetik), mengapa hal
tersebut bisa terjadi?
DAFTAR
PUSTAKA
Chang,
R. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti
Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Firdaus.
2009. Modul Pembelajaran Matakuliah Kimia
Organik Fisis 1. Makassar: Universitas Hasamuddin Press.
Sitorus,
M. 2013. Kimia Organik Fisik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
materi yang sangat menarik,
BalasHapusmenurut saya ion enolat itu tidak stabil sehingga dikategorikan sebagai kontrol kinetik bentuk stabilnya berupa ion enol.
Terimakasih untuk komentarnya :)
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapustrimakasi atas penjelasannya
BalasHapussaya akan mencoba untuk menjawabnya
proton pada gugus metil lebih asam, terdapat tiga H alfa pada sisis metil dibandingkan 2 H alfa pada sisi lainnya dan terdapat hambatan sterik pada penyerangan LDA pada sisi lain dari gugus karbonil
Terimakasih untuk komentarnya :)
Hapusterimakasih atas materinya sangat bermanfaat
BalasHapusdisini permasalahannya ada pada proton pada gugus metil yang asam hambatan sterik pada sisi karbonil yang menyebabkan senyawa ini tidak stabil
Terimakasih untuk komentarnya :)
BalasHapusMateri yang berfaedah.
BalasHapusMenurut saya hal tersebut dapat terjadi dimana disebabkan pada pencapaian kestabilan ion enolat yang terkontrol kinetik untuk dicapai produk dengan laju yang cepat, yang mana hal ini melalu kondisi intermediet pada keadaan asam terjadi karna sifat proton gugus metilnya.
Terimakasih untuk komentarnya :)
HapusBaik saya akan mencoba menjawab
BalasHapusPada kondisi basa, OH- mampu mengikat H-alfa sehingga langsung membentuk keto yang berisomer dengan karbanion (ion enolat) inilah alasan ion enolat cepat terbentuk
Namun, ini hanya sementara hingga berlanjut menjadi produk stabil juga diakhirnya
Sedangkan pada asam melalui banyak tahapan dan tidak membentuk ion enolat, sehingga menghasilkan produk stabil pada akhirnya dengan waktu yang lama
Maaf
Inilah yang dari sepengetahuan saya
Terimakasih untuk komentarnya :)
Hapustermakasih atas materinya menarik meneurut saya alasanya karana ino enolat merukan bentuk senyawa yang cendurung tidak setabil sengga hasilnya lebih cepat dan sesuai dengan kontrol kineti produk tidak setabil dan lebih cepat
BalasHapusTerimakasih untuk komentarnya :)
HapusSangat membantu. Terimakasih atas uraian materinya.
BalasHapusMenurut saya, karena adanya proton pada gugus metil menjadi lebih asam, sehingga pencapaian kestabilan ion enolat yang terkontrol kinetik untuk dicapai produk dapat laju dengan cepat,
Terimakasih untuk komentarnya :)
HapusKarena ion enolat merupaka senyawa intermediet yang memang cepat terbentuk, namun itu tidak stabil.
BalasHapusTerima kasih untuk materi yg telah disampaikan.
BalasHapusMenurut sya OH- mampu mengikat H-alfa pda kondisi basa sehingga langsung membentuk keto yang berisomer dengan karbanion (ion enolat) yg merupakan senyawa intermediet yg tdk stabil.